Bangun Tidur, Badan Kok Tidak Fresh?

Tanya:
Dr Andi, saya seorang ibu rumah tangga usia 48 tahun. Sudah 3 bulan ini saya merasakan badan kurang fit dan rasanya kurang fresh. Saya mencoba bangun tidur agak siang, tetapi tetap saja bila bangun tidur rasanya tidak bisa fresh dan semangat gitu dok. Saya sudah coba untuk istirahat/ tidur siang dan mengurangi kerja berat. Saya takut kalau punya penyakit dalam atau kronis, karena ibu saya punya penyakit kencing manis dan darah tinggi. Saya pernah periksa lab, gula darah saya normal. Saya juga tidak punya pikiran yang berat-berat. Tapi memang teman bilang saya sering gampang mikir bila ada persoalan sedikit saja. Bagaimana solusinya dok, terimakasih.

Ny. Rosma di Smg

Jawaban Dr Andi:
Yth Bu Rosma, untuk bisa tidur dengan tenang dan nyenyak memang perlu kesehatan dan kebugaran, serta juga kebutuhan tidur setiap orang bervariasi.  Kesulitan tidur atau yang sering disebut dengan istilah insomnia ini kerap membikin frustasi mereka yang menderitanya. Hampir sepanjang hari, para penderita insomnia memiliki daya konsentrasi rendah dan mengalami kepenatan dalam tingkat yang parah.
Kecukupan tidur seseorang sebenarnya bukan hanya diukur dari lama waktu tidur, tapi juga kualitas tidur itu sendiri. Jika seseorang tidur selama delapan jam, tapi tidurnya dipenuhi dengan mimpi buruk, maka waktu tidurnya adalah sia-sia. Seseorang dikatakan tidur dengan berkualitas atau cukup adalah jika ia bangun dengan kondisi segar dan bugar.
Sulit tidur ini biasanya menyerang kelompok dewasa, terutama kaum perempuan yang kerap mengalami tekanan psikologis dan medis yang lebih besar dari laki-laki.

Dilihat dari sejak mulainya, insomnia dibagi menjadi insomnia akut dan insomnia kronis.
Insomnia akut yang terjadi satu atau beberapa hari biasanya muncul karena stress yang dialami oleh penderitanya. Karena itu, penelusuran terhadap penyebab stress itu sendiri dan juga tindakan untuk mengatasinya akan menghilangkan insomnia.
Sementara insomnia kronis yang berlangsung selama beberapa hari, pekan atau bulan harus diatasi dengan terapi lebih serius dibanding insomnia akut. Jika 16 hari dalam sebulan, Anda mengalami sulit tidur pada malam hari maka Anda sudah bisa dikategorikan sebagai penderita insomnia kronis.
Bagi penderita insomnia kronis, dianjurkan agar dilakukan terapi perilaku, di antaranya tidur yang sehat, terapi kontrol stimulus, terapi pembatasan tidur, terapi relaksasi, dan terapi lainnya, seperti terapi cahaya yang bisa sangat membantu seseorang untuk tidur.
Tidur sehat yang dimaksud adalah membangun kebiasaan tidur yang baik. Caranya, pergi tidur pada waktu yang sama setiap malam dan bangun pagi pada jam yang sama pula, apa pun dan bagaimanapun kondisinya. Hal lain, hindari tidur pada siang hari, tidak mengonsumsi kafein dan nikotin, serta menghindari alkohol.

Sebaiknya juga jangan pergi tidur jika perut terlalu lapar atau kenyang. Bangun suasana yang membantu untuk tidur yang nyenyak. Misalnya, lampu tidak terlalu terang, tidak ada bunyi berisik, dan temperatur ruangan dibuat nyaman.
Sedangkan terapi pembatasan tidur adalah mengukur berapa lama Anda tidur selama berbaring di tempat tidur. Jika Anda hanya tertidur enam jam selama delapan jam berbaring di tempat tidur, maka itu masih tergolong normal. Tapi jika lebih sedikit dari itu, sebaiknya Anda segera pergi ke dokter.
Sementara terapi kontrol stimulus dibangun berdasarkan ide bahwa penderita insomnia biasanya menjadikan tempat tidur sebagai tempat bermalas-malasan bukan tempat untuk tidur. Karena itu, salah satu rekomendasi dari terapi ini adalah segera bangun dari tempat tidur jam berapa pun Anda terbangun dari tidur.
Terapi perilaku ini cukup efektif untuk menghilangkan insomnia. Namun memang dibutuhkan waktu untuk membuat terapi ini efektif. Hal inilah yang kerap membuat penderita insomnia tidak sabar. Mereka menginginkan sebuah ”penyembuhan” yang instan. Karena itu, konsumsi obat menjadi salah satu pilihan.
Semoga ibu Rosma bisa tidur dengan nyenyak dan bangun dengan fresh dan bugar!

Sudah minum obat kuat, kok masih loyo?

Sudah minum obat kuat, kok masih loyo? Ini memang banyak pertanyaan yang semacam  itu:
1. Apakah itu berarti disfungsi ereksinya tidak bisa disembuhkan? Apakah saya menderita impotensi?
2. Harus minum obat apa lagi utk bisa ereksi seperti semula?
3. Apakah saya tidak ada harapan lagi utk bisa ereksi?
4. Saya harus periksa laboratorium apa utk bisa ereksi?
5. Tidak adakah “obat dewa” yang membuat orang bisa ereksi?
6. Apakah disfungsi ereksi ini akibat kelelahan?
7. Masalah psikologis: apakah bisa menyebabkan disfungsi ereksi?
8. Bisakah dipijat/ diurut, minum jamu utk mengatasi disfungsi ereksi?
9.  Masalah kurang hormon testosteron, apa pengaruhnya terhadap ereksi?

Disfungsi ereksi penyebabnya berbagai macam, antara lain: kencing manis (faktor syarafnya), hipertensi (faktor kebocoran pembuluh darah), tingginya kadar kolesterol dan atherosklerosis (sumbatan pada pembuluh darah), juga akibat penuaan (kurangnya hormon testosteron). Selain itu, penyebab yang tidak kalah pentingnya, yaitu masalah psikologis, misalnya depresi, tekanan pekerjaan dan tekanan ekonomi, pertengkaran dengan istri, anak yang bermasalah (nakal, narkoba).

Obat yang menimbulkan ereksi disebut erektogenik. Ini menimbulkan relaksasi otot polos pada pembuluh darah penis, sehingga darah mengisi tabung korpus kavernosum pada penis. Ini menimbulkan ereksi, semacam hidrolik pada dongkrak mobil.

Hal yang pertama dilakukan adalah memeriksa semua kemungkinan penyebab: pemeriksaan pembuluh darah penis, saraf di daerah panggul, laboratorium kolesterol, trigliserida, gula darah, tekanan darah, kadar hormon testosteron, pemeriksaan prostat.
Juga stop merokok dan mulai berolahraga teratur.  Makan buah dan sayuran setiap hari.