Lutut anak bengkok, telapak rata

Jawa Pos Radar Semarang, Kamis, 21 Nov 2008

Tanya:
Dr Andi, anak perempuan saya berusia 3 tahun, pada saat berdiri dan berjalan, saya perhatikan dari depan, lututnya tampak bengkok dan tidak lurus. Selain itu juga telapak kakinya tampak rata. Biasanya saya lihat di telapak kaki anak lain, ada lengkungan di telapak kaki. Di pergelangan kaki, saya juga membengkok sehingga tampak ada sudut antara tungkai bawah dan telapak kaki. Anak saya bisa berjalan sejak usia 19 bulan, memang agak terlambat dibandingkan anak lainnya. Saya takut kalau lututnya dan pergelangan kakinya tambah bengkok dan membuat buruk penampilan, serta timbul kelemahan pada kaki. Saya pernah lihat anak memakai alas sepatu khusus buatan dokter/ rumah sakit, bagaimana solusinya untuk anak saya agar lututnya tidak bengkok. Terimakasih dr Andi.

Ny Vero di Jepara.

Jawaban dr Andi:
Yth Bu Vero, tampaknya anak perempuan ibu mengalami apa yang disebut “flat foot”/ “pes planus” atau telapak kaki rata, dan juga “genu valgum” atau lutut yang membengkok ke dalam sehingga kedua lutut membentuk huruf X (sering disebut juga “knock-knees”). Kedua hal ini memang sering terjadi pada balita, dalam batas-batas tertentu masih bisa ditoleransi dan bisa bertumbuh dengan normal. Tetapi pada sebagian kecil anak, bisa berkembang lebih parah dan menimbulkan masalah dalam berjalan serta juga masalah estetika/ keindahan tubuh.

Telapak kaki rata
Flat foot merupakan kondisi medis dimana bila dilihat dari sisi dalam,  lengkungan kaki menjadi rata. Seluruh telapak kaki bersentuhan dengan permukaan tanah. Flat foot ini terjadi pada sekitar 20% anak. Bisa terjadi pada satu kaki atau kedua-duanya. Pada bayi, memang hal ini umum terjadi karena lemak bayi yang terkumpul menutupi lengkungan telapak kaki. Dengan bertambahnya umur, lengkungan kaki ini muncul sebagai hasil pertumbuhan otot kaki, tendon, ligamentum dan tulang kaki. Pada usia 3 tahun, mulai terbentuk lengkungan, dan pada usia enam tahun lengkungan ini sudah mulai kelihatan nyata.

Bila anak mengeluh nyeri pada betis, tungkai bawah dan telapak, orang tua seyogyanya memeriksa keadaan seluruh tungkai bawah dan telapak. Biasanya keluhan ini menyertai flat foot ini. Periksa juga sol bagian bawah sepatu. Pada anak dengan flat foot ini tampak sol yang aus di tempat yang tidak umum atau asimetris, dan tidak sama dengan kaki satunya. Orang tua sebaiknya peka dengan masalah ini. Ini mencerminkan adanya ketidak simetrisan gerak kedua tungkai saat berjalan.

Juga mohon diperhatikan jejak kaki anak saat berjalan di tanah, atau di pantai misalnya. Biasanya jejak kaki anak dengan flat foot lebih luas, dan telapaknya hampir menapak keseluruhannya.

Penanganan flat foot ini yaitu dengan menggunakan sol sepatu bagian dalam yang dimodifikasi secara khusus oleh dokter, biasanya di Bagian Rehabilitasi Medik. Sol bagian dalam itu diberi ganjal khusus, dengan ukuran tertentu untuk memberikan efek lengkungan pada telapak kaki.  Selain itu juga diberikan latihan telapak kaki dan penguatan otot betis dan otot telapak kaki.

Lutut Bengkok pada anak
Lutut bengkok ini pada anak bisa akibat kelainan tulang bawaan atau sejak kandungan ibunya. Bisa juga akibat kekurangan vitamin D, atau juga kurangnya kalsium dan zat pembentuk tulang lainnya.

Dokter nanti akan memeriksa derajat bengkoknya anak ibu, dan juga memberikan alat khusus (disebut “ortotik”) yang digunakan pada lutut. Ini gunanya untuk menopang lutut dan juga mengembalikan lutut ke bentuknya semula yang simetris dan lurus tegak, tidak membentuk sudut. Di Bagian Rehabilitasi Medik juga akan diberikan latihan untuk memperkuat otot hamstring (paha belakang) dan kuadriseps (paha depan) yang fungsinya menahan lututnya agar tetap lurus.

Dari segi penampilan/ estetika, memang alat-alat tsb kurang bagus, tapi bila dipakai sejak dini, akan mampu mengurangi perjalanan penyakit atau kelainan. Bila ibu kurang jelas bisa menghubungi bagian Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit terdekat.

Semoga putri ibu bisa mendapat pertolongan segera, dan lututnya bisa kembali pada bentuk yang normal.

Ejakulasi Dini: Bisa diatasi!

Ejakulasi Dini: Bisa diatasi!

Dr Andi, saya seorang pria berusia 44 tahun. Sudah 3-4 bulan ini saya selalu ‘keok’  duluan alias ejakulasi dini. Hanya bisa bertahan 1-2 menit, setelah itu cepat keluar. Dan juga ereksi saya kurang keras dan tegang. Saya punya turunan kencing manis dari ibu saya, tapi saat diperiksa di lab, dikatakan saya tidak punya kencing manis. Saya jadi rendah diri dan minder di hadapan istri. Suasana di rumah rasanya jadi kurang nyaman untuk saya. Sebetulnya istri sudah menyuruh untuk berobat, tapi saya tidak tahu harus kemana. Apakah saya menderita ejakulasi dini, dan impotensi? Saya mohon diberi solusinya, terimakasih dr Andi.

Tn. B di Smg

Jawaban Dr Andi:
Memang ejakulasi dini ini menjadi momok bagi pria, karena 75% pria pernah mengalaminya, tapi hanya sekitar 20% yang menetap alias berlanjut berkepanjangan. Ada ahli seksologi yang mengatakan, bila anda hanya bisa menahan ejakulasi kurang dari 2 menit, maka anda termasuk ejakulasi dini. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa ejakulasi dini adalah bila tidak mampu mengontrol ejakulasi sampai terjadi hubungan intim yang memuaskan kedua belah pihak. Semua definisi ini sangat relatif sifatnya, untuk memudahkan untuk mendiagnosis saja.

Wajar pada pria yang baru menikah
Ejakulasi dini ini sebetulnya wajar pada pria yang baru saja menikah. Tapi bila sudah lama menikah, ejakulasi dini ini sangat mengganggu keharmonisan pasutri. Ejakulasi dini sangat menghambat kesuburan bila lebih dari 50% terjadi kegagalan penetrasi (masuknya penis ke vagina).

Kebiasaan terburu-buru
Dahulu, ejakulasi dini dianggap disebabkan melulu oleh faktor psikologis, misalnya rasa rendah diri, minder, tekanan stress di pekerjaan, rumah tangga. Juga bisa disebabkan oleh karena kebiasaan terburu-buru dalam melakukan masturbasi atau onani, atau hubungan intim yang terlarang atau tidak sah. Misalnya karena takut ketahuan orang lain, atau karena sering “jajan diluar” yang terburu buru ingin selesai.

Penyebabnya faktor fisik dan psikologis
Tapi sekarang ini, menurut penelitian diketahui bahwa ejakulasi dini merupakan salah satu tanda awal timbulnya disfungsi ereksi (ketidakmampuan ereksi). Dari penelitian juga ditemukan adanya hubungan antara ejakulasi dini dengan penyakit kronik seperti diabetes melitus, hipertensi, hipogonadism (kurangnya hormon androgen/ testosteron pada pria), tingginya kadar kolesterol dan trigliserida, penyakit jantung koroner, penyakit ginjal menahun, atherosklerosis, merokok, serta kurangnya olah raga secara teratur.  Dengan demikian kita harus bisa menghindari semua faktor risiko di atas.

Pemeriksaan faktor risiko
Perlu ada pemeriksaan menyeluruh tentang semua faktor risiko di atas. Dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan laborat untuk gula darah, kolesteron, kadar  hormon testosteron, prolaktin, tes fungsi ginjal dan hati, elektrokardiografi/ EKG, serta USG. Selain itu menghentikan merokok, serta olah raga teratur 3-5 kali seminggu @ 30 menit – 1 jam.

Latihan Kegel/ penguatan otot dasar panggul
Penanganan awalnya dilakukan latihan Kegel atau penguatan otot dasar panggul. Caranya mudah, saat buang air kecil, cobalah untuk menghentikan aliran air kencing itu (Jawa: ngempet). Lalu ditahan 6 sampai 10 detik, lalu lepaskan lagi, keluarkan semua air kencing sampai lega. Begitulah dilakukan setiap kali berkemih. Tentunya banyak macam latihan Kegel ini, tapi hal di atas adalah yang paling simpel dan praktis dilakukan.

Perlunya dukungan pasangan
Istri diharapkan mendukung dengan kata-kata dan sikap yang mengayomi, bukan malah merendahkan dan menghina serta acuh tak acuh. Sikap cuek dari istri, seakan-akan tidak butuh, akan lebih menekan perasaan suami. Istri pun diharapkan lebih bisa memanfaatkan waktu untuk bercumbu lebih lama, karena dengan bercumbu dan pemanasan yang lebih lama, diharapkan suami tidak terlalu oversensitif pada rangsangan dan sentuhan di penis.

Bila diperlukan, bisa diberikan obat-obatan golongan SSRI (selective serotonin reuptake inhibitors). Dari penelitian ditemukan bahwa obat golongan ini dapat memperlama waktu ejakulasi menjadi 2 kali lipat pada ejakulasi dini berat (tadinya 1,5 menit menjadi 3,5 menit), dan pada ejakulasi dini sedang sampai ringan, terjadi pemanjangan waktu ejakulasi menjadi 10 sampai 30 menit lebih lama. Obat ini harus diminum selama minimal 2 minggu untuk mendapatkan hasil awal. Bila diperlukan, bisa diperpanjang sampai 1-2 bulan.

Baiklah, pak B, semoga anda bisa mengatasi ejakulasi dini sehingga kehidupan rumah tangga anda lebih harmonis dan bahagia!