Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius karena ditandai dengan tingginya morbiditas dan mortalitasnya. Selain itu, tampak adanya kecenderungan peningkatan insidennya (Bustan, 2007).
Menurut WHO, ada 15 juta populasi terserang stroke setiap tahun di seluruh dunia dan terbanyak adalah usia tua dengan kematian rata-rata setiap 10 tahun antara 55 dan 85 tahun.
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik dan stroke hemorragik. Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena atherosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju otak. arteri yang lebih kecil.
Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yng normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.
Tanda dan gejala stroke:
- Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
- Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”
- Tonus otot lemah atau kaku
- Menurun atau hilangnya rasa
- Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
- Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata; afhasia atau disfasia: bicara defeksif/kehilangan bicara)
- Gangguan persepsi
- Gangguan status mental
Pada penderita stroke tetap bisa berhubungan seksual, tapi dengan kehidupan seksual yang berbeda. Aktivitas seks tidak melulu berarti hubungan fisik antara dua individu semata. Bercinta merupakan hubungan intim dan erat antar pasangan. Kegiatan seperti membelai, meraba, menyentuh area sensitif pasangan dengan mesra juga merupakan bagian dari aktivitas seks yang juga dapat memproduksi hormon endorfin. Bila dilakukan dengan tepat, penderita stroke pun dapat mencapai kepuasan seks. Dalam hal ini, pasangan penderita stroke juga turut andil menentukan kepuasan bercinta. Pasangan harus paham benar organ-organ mana yang berfungsi dan mana yang tidak dalam tubuh penderita. Maksimalkan gerakan atau rangsangan pada organ-organ yang masih berfungsi, dan minimalkan pula gerakan dan rangsangan pada organ-organ yang tak berfungsi.
klik http://www.dokterandi.com/2015/08/01/siapa-bilang-stroke-tidak-bisa-memiliki-kehidupan-seks/