Disfungsi Seks pada Wanita

Seorang wanita disebut mengalami disfungsi seks jika terjadi gangguan pada salah satu fase hubungan seksual. Untuk mendapatkan hubungan seks yang berkualitas, Anda harus dapat melewati empat fase berikut ini dengan baik:
Desire, yaitu keinginan yang kuat untuk mendapatkan dan memberikan rangsangan seksual.
Arousal, yaitu respons tubuh terhadap rangsangan seksual. Pada wanita ditandai a.l. dengan vagina yang melebar dan mengeluarkan cairan serta membesarnya klitoris, putting susu mengeras
Plateau, ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, denyut jantung dan tegangan otot
Orgasme, ditandai dengan mengendurnya segala ketegangan yang terjadi pada fase plateau. Selain itu tubuh melepas hormon endorfin yang menimbulkan rasa senang dan relaks.

Jika salah satu dari empat fase ini terganggu, maka bisa menyebabkan stres dan pengaruh negatif terhadap suami dan lingkungan di sekitarnya, lebih jauh lagi bisa menyebabkan perselingkuhan.

Respons seksual merupakan interaksi dari berbagai faktor seperti fisiologi (fungsi tubuh yang normal), emosi, pengalaman, nilai-nilai sosial, gaya hidup, juga pola relasi antara suami istri itu sendiri. Contohnya bagi orang timur, tidak sopan/ tabu untuk mengungkapkan kemesraan suami istri di depan publik, misalnya berciuman bibir. (Contoh lain: malu “teriak-teriak” saat berhubungan seks, tapi bila pasangan lebih senang itu, bolehlah “mbengok-bengok”)….. hehehe..

Macam-macam disfungsi seks wanita:
Low sexual desire: wanita mengalami penurunan hasrat untuk melakukan aktivitas seksual
Sexual arousal disorder: ada keinginan untuk melakukan aktivitas seksual, tetapi dapat mempertahankan keinginan tersebut sewaktu melakukan hubungan seks.
Orgasmic disorder: meskipun mendapat cukup rangsangan, tidak dapat mencapai orgasme.
Sexual pain disorder: merasakan sakit selama melakukan aktivitas seksual. Biasa terjadi karena dispareuni (nyeri saat berhubungan seksual yang dapat disebabkan oleh infeksi, penipisan vagina karena menopause, atau faktor psikis) atau vaginismus (kaku pada 1/3 otot bagian bawah vagina sehingga menyulitkan penetrasi)

Penyebabnya bisa faktor fisik, hormonal, dan psikologis.
Faktor fisik: yang terutama adalah diabetes/ kencing manis, menyebabkan vagina kering/ kurang cairan pelumas (kayak oli aja…), radang sendi, kelelahan, pemakaian obat-obatan yang berlebihan
Faktor hormonal: turunnya kadar estrogen menyebabkan lapisan kulit organ intim menjadi lebih tipis, sehingga tidak nyaman saat berhubungan seks. Turunnya kadar testosteron akan menyebabkan turunnya gairah seks.
Faktor psikologis: rasa minder karena usia bertambah tua sehingga tubuh lebih “gembrot”, trauma akibat pengalaman seks yang tidak menyenangkan, tingginya tuntutan pekerjaan, merawat orang tua yang sakit.

Yang dapat anda lakukan:
Kenali organ intim dan bangkitkan ‘positive body image’ pada diri sendiri
Berkomunikasi dengan pasangan untk mencegah timbulnya perasaan ditolak. Komunikasi juga dapat membantu anda dan suami mengenali cara-cara lain untuk membangkitkan keintiman, misalnya mencari posisi bercinta yang nyaman untuk anda berdua.
Untuk mengurangi kekeringan pada vagina, gunakan cairan lubrikasi sesaat sebelum berhubungan seks
Membangkitkan kedekatan dengan pasangan seringkali juga dapat meningkatkan kelembaban vagina sehingga anda lebih nyaman saat melakukan hubungan intim
Hindari stres dan emosi negatif lainnya. Cobalah untuk menerima perubahan yang terjadi pada diri anda, karena tiap orang memang berubah, bukan???? (Bukan….hehehe…)

Jangan diam saja….!! Konsultasikan masalah anda ke ahli/ dokter, mungkin pemecahan masalahnya sederhana, tapi anda kurang percaya diri untuk memulainya…

@@(Dr Andi Sugiarto) konsultasi : dokter.andi@gmail.com

Hare Gene..Ejakulasi Dini???

Ejakulasi dini atau premature ejaculation (PE) adalah keluarnya sperma (ejakulasi) dalam waktu yang sangat singkat, bahkan bisa sebelum hubungan seksual berlangsung (penetrasi penis ke dalam vagina).

PE merupakan kelainan seksual pria yang paling banyak terjadi, sekitar 30-40% pria yang aktif secara seksual. PE dapat dialami oleh 75% dari pria dalam suatu saat dalam kehidupannya. PE juga tidak memandang usia, jabatan, status sosial, semua pria dapat mengalaminya.

Definisi PE menurut International Committee of the First Consultation on ED, didasarkan dari 3 kriteria esensial:
-latensi ejakulasi yang pendek: 2 menit atau kurang
-ketidak mampuan mengontrol ejakulasi
-gangguan psikologis pada pasien dan/ atau pasangannya

PE dapat berupa:
PPE (primary [life long] type)
SPE ( secondary [acquired or situational] type)

Ejakulasi dini bisa ditoleransi (masih bisa dianggap normal/ fisiologis) pada pria yang baru menikah, pada pria yang baru pernah berhubungan seksual, pada suami yang lama berpuasa seks (abstinensia), dan banyak terjadi pada hubungan di luar nikah (ekstramarital), mungkin karena merupakan pengalaman dengan orang baru.

Ejakulasi dini bisa terjadi karena faktor fisik maupun faktor psikologis. Faktor fisik contohnya akibat pembesaran kelenjar prostat, infeksi prostat, kencing manis, hipertensi yang tidak terkontrol, gejala stroke (TIA), sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis dan aterotrombosis), pada kondisi fisik/ stamina yang rendah misalnya pada lansia, orang jarang / tidak pernah olah raga, atau juga merupakan tanda awal dari disfungsi ereksi/ impotensi pada orang yang punya penyakit kencing manis, dll.

Faktor psikologis misalnya suami rendah diri dan minder (bisa akibat kekurangan secara fisik, misalnya terlalu pendek, terlalu gemuk, terlalu kurus, ada cacat fisik, juga bisa akibat faktor ekonomi, misalnya penghasilan/ kedudukan/ karier suami lebih rendah daripada istri), istri sering sakit-sakitan sehingga suami takut berlama-lama dalam hubungan seksual, istri terlalu dominan dalam rumah tangga, istri kurang bergairah/ kurang mesra/ dingin/ frigid.

Mengatasi PE perlu dukungan baik suami maupun istri, tidak bisa suami seorang diri mengatasi masalahnya. Dukungan dari istri bisa secara aktif maupun pasif. Dukungan aktif bisa berupa kata-kata yang menenangkan, memberi semangat yang positif, ikut membuat suasana rumah tangga yang harmonis dan mesra, suasana kamar tidur/ suasana ranjang yang “mengundang”, misalnya dengan menjaga kamar tidur dan ranjang tetap bersih dan wangi. Dukungan pasif bisa berupa tidak marah, tidak cemberut, tidak mengeluarkan kritikan yang melemahkan semangat, tidak menghindari hubungan yang harmonis dan mesra. Istri juga perlu memperhatikan bahasa tubuhnya agar tidak membuat suami ‘melempem’.

Cara mengatasi PE:
Psikoterapi untuk membuat rasa percaya diri
Teknik hubungan seksual yang “baik dan benar”
Mengatasi penyakit yang mendasari, misalnya DM dan hipertensi harus terkontrol
Obat-obatan: antidepresan, vasodilator

Goal/ sasaran dalam mengatasi PE: ada tahapan-tahapannya:
-Menahan ejakulasi sampai penetrasi penis
-Menahan ejakulasi sampai istri sudah ‘memanas’ (grafik kenikmatan istri sudah naik)
-Menahan ejakulasi sampai istri sudah ‘dekat puncak’
-Menahan ejakulasi sampai istri mengalami orgasme

Tujuan akhir dari penanganan PE: (Bisa salah satu)
1. suami bisa menahan ejakulasi cukup lama sehingga istri bisa mencapai orgasme pada minimal 50% dari jumlah hubungan seksual (misal, dalam 10 kali hubungan seksual, paling tidak 5 kali orgasme).
2. suami bisa menahan ejakulasi sampai batas waktu tertentu (2 menit) atau jumlah dorongan/ ‘genjotan’ tertentu (time limit atau number of thrust limit)

Dalam mengatasi PE, ada indikator/ alat ukurnya, yaitu dengan
-IELT (intravaginal ejaculatory latency time)
-Kuesioner Indeks PE (7 pertanyaan yang harus dijawab pasien)

Wang dkk dalam penelitiannya mengemukakan beberapa aspek untuk mengevaluasi PE
-IELT
-kemampuan mengontrol ejakulasi
-tingkat kepuasan seksual suami
-tingkat kepuasan seksual istri
-frekuensi orgasme dari istri
-faktor psikologis, seperti: kecemasan, depresi, intimasi dari suami istri, kepercayaan diri (self-confidence)
-faktor patologis, seperti: glans hipersensitivity, penile reflex hiperactivity, dan kadar testosteron yang rendah.

Akhir kata, PE dapat diatasi sehingga tidak menimbulkan gangguan dalam hubungan suami istri.

Rehab Your Life!

Rehab Your Life!

Nunggu apa?

Rehab = upaya/ tindakan = Action

Rehab Medik adalah cabang ilmu kedokteran yang dimulai sejak Perang Dunia I. Sejarahnya, banyak tentara yang terpaksa kehilangan kaki/ tangannya, sehingga dilakukan tindakan rehabilitasi medik.

Tujuannya agar bisa jalan/ beraktivitas lagi, walaupun dengan tongkat/ kaki palsu/ tangan palsu. Sehingga tetap mandiri.

Dulu, orang yang habis operasi tidak boleh banyak gerak, harus bedrest lama, akibatnya penyembuhan menjadi lebih lama, malah sendi2nya bisa kaku dan ototnya mengecil.

Sekarang, orang yang habis dioperasi, misalnya patah tulang, tidak usah tunggu lama-lama. Dokter biasanya langsung melakukan gerakan2 tertentu yang terukur, sehingga bisa lebih cepat bisa berjalan lagi.

So, kalau orang sakit saja pun bisa diRehab, apalagi orang yang sehat! Rehab Your Life!
Jadi, esensi Rehab Medik adalah memelihara dan/ atau meningkatkan fungsi yang ada/ masih tersisa.

Tingkatkan fungsi anda: sebagai pencari nafkah, sebagai orang tua, sebagai karyawan, pengusaha, anything…

Nunggu apa??
Rehab Your Life !!



Dr Andi Sugiarto, SpRM
Semarang

081 2291 0565
dokter.andi@gmail.com


YM: andisugi