Suami Ingin Dilayani tapi Istri Kurang Bergairah

Dr. Andi Sugiarto,SpRM Seksologi Semarang
Hp 081 2291 0565

Suami Ingin Dilayani tapi Istri Kurang Bergairah

Banyak faktor yang mengakibatkan ereksi jadi kurang baik, salah satunya faktor psikologis. Misalnya suami merasa kurang ‘dilayani’, atau istri kurang bergairah dan bersemangat dalam berhubungan intim. Sebetulnya dalam berumah tangga, baik suami maupun istri harus belajar terus dalam meningkatkan kemesraan dan juga dalam hal seksualitas. Seringkali keduanya tidak seimbang dalam tingkat gairahnya. Misalnya istri gairahnya rendah, tapi suami mintanya tiap hari. Tapi bila keduanya mau saling belajar, perbedaan gairah ini tidak menjadi konflik.

Dari pihak istri, yang bisa dilakukan:

  1. Coba menjadwal 2-3 hari dalam seminggu untuk dapat bermesraan. Jadi dalam hari itu, kita bisa memprogram diri kita agar tidak terlalu capek dalam pekerjaan dan rumah tangga.
  2. Berbenah diri, berdandan rapi dalam menghadapi suami. Jangan pikir kalau sudah berumah tangga, suami sudah tidak perlu istrinya dandan cantik. Itu masih perlu, ibaratnya masih perlu bumbu dalam keluarga.
  3. Menghadapi suami dengan tutur kata yang halus, dan senyum yang baik.
  4. Perbanyak sentuhan fisik dengan suami, apakah itu berupa pegangan tangan, sentuhan badan, rangkulan, kecupan dan seterusnya.
  5. Membuka diri untuk variasi baru dalam hal kemesraan. Jangan kita malu untuk mencoba hal baru.

Dari pihak suami, yang bisa dilakukan:

  1. Bila pagi hari, diharapkan masih bisa ereksi spontan. Bila tidak, maka ini suatu lampu kuning untuk disfungsi ereksi.
  2. Kenali tingkat ereksi anda: apakah kerasnya seperti timun/ terong (derajat 4), atau kerasnya seperti sosis (derajat 3), atau tidak terlalu keras, seperti buah pisang (derajat 2), ataukah lembek seperti tape singkong (derajat 1). Bila sudah derajat 3 atau lembek, maka coba ke dokter untuk mengatasi masalahnya.
  3. Seringkali istri tidak puas karena suami ejakulasi (‘keluar’) terlalu cepat. Ini disebut ejakulasi dini. Bila sudah demikian, perlu sex therapy ke dokter. Dokter akan memeriksa kadar hormon, keadaan pembuluh darah penis, keadaan kelenjar prostat, lalu akan memberikan obat sesuai dengan penyebabnya, agar bisa tahan lebih lama dan memuaskan istri.
  4. Ketahui apakah anda terkena kencing manis, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, yaitu dengan periksa di laboratorium. Ketiga hal itu merupakan faktor risiko disfungsi ereksi, dan penyakit jantung koroner.
  5. Bila ada kegemukan/ obesitas, kurang aktivitas fisik, kurang olah raga, coba sisihkan waktu ½ jam sehari untuk berolah raga, misalnya: jalan cepat, jogging, senam aerobik, bersepeda.  3-5 kali seminggu.
  6. Problema seksual pasutri sebaiknya cepat diatasi, agar tidak mengganggu pekerjaan, tidak mengganggu keharmonisan rumah tangga.

Dr. Andi Sugiarto, SpRM Seksologi Semarang

DM bisa menyebabkan DE

Dr. Andi Sugiarto, SPRM Seksologi Semarang
Hp 081 2291 0565

DM bisa menyebabkan DE

Diabetes Militus (DM) dapat merusak pembuluh darah, saraf dan hormonal, sehingga meningkatkan resiko disfungsi ereksi (DE). Lakukan pmeriksaan gula darah setiap bulan. DM pada awalnya tanpa gejala, bila sudah timbul gejala berarti penyakitnya sudah lanjut dan menahun. Yang penting adalah deteksi dini agar tidak terjadi kerusakan pembuluh darah, saraf, hormonal, organ ginjal, mata, dan lain – lain.

Diabetes mellitus (DM) can damage blood vessels, nerves and hormonal, thus increasing the risk of erectile dysfunction. Do pmeriksaan blood sugar every month. DM initially asymptomatic, symptoms mean when it is already advanced and chronic illness. What is important is early detection to prevent damage to blood vessels, nerves, hormonal, kidney, eye, and others.

Dr. Andi Sugiarto, SpRM Seksologi Semarang

Hare Gene..Ejakulasi Dini???

Ejakulasi dini atau premature ejaculation (PE) adalah keluarnya sperma (ejakulasi) dalam waktu yang sangat singkat, bahkan bisa sebelum hubungan seksual berlangsung (penetrasi penis ke dalam vagina).

PE merupakan kelainan seksual pria yang paling banyak terjadi, sekitar 30-40% pria yang aktif secara seksual. PE dapat dialami oleh 75% dari pria dalam suatu saat dalam kehidupannya. PE juga tidak memandang usia, jabatan, status sosial, semua pria dapat mengalaminya.

Definisi PE menurut International Committee of the First Consultation on ED, didasarkan dari 3 kriteria esensial:
-latensi ejakulasi yang pendek: 2 menit atau kurang
-ketidak mampuan mengontrol ejakulasi
-gangguan psikologis pada pasien dan/ atau pasangannya

PE dapat berupa:
PPE (primary [life long] type)
SPE ( secondary [acquired or situational] type)

Ejakulasi dini bisa ditoleransi (masih bisa dianggap normal/ fisiologis) pada pria yang baru menikah, pada pria yang baru pernah berhubungan seksual, pada suami yang lama berpuasa seks (abstinensia), dan banyak terjadi pada hubungan di luar nikah (ekstramarital), mungkin karena merupakan pengalaman dengan orang baru.

Ejakulasi dini bisa terjadi karena faktor fisik maupun faktor psikologis. Faktor fisik contohnya akibat pembesaran kelenjar prostat, infeksi prostat, kencing manis, hipertensi yang tidak terkontrol, gejala stroke (TIA), sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis dan aterotrombosis), pada kondisi fisik/ stamina yang rendah misalnya pada lansia, orang jarang / tidak pernah olah raga, atau juga merupakan tanda awal dari disfungsi ereksi/ impotensi pada orang yang punya penyakit kencing manis, dll.

Faktor psikologis misalnya suami rendah diri dan minder (bisa akibat kekurangan secara fisik, misalnya terlalu pendek, terlalu gemuk, terlalu kurus, ada cacat fisik, juga bisa akibat faktor ekonomi, misalnya penghasilan/ kedudukan/ karier suami lebih rendah daripada istri), istri sering sakit-sakitan sehingga suami takut berlama-lama dalam hubungan seksual, istri terlalu dominan dalam rumah tangga, istri kurang bergairah/ kurang mesra/ dingin/ frigid.

Mengatasi PE perlu dukungan baik suami maupun istri, tidak bisa suami seorang diri mengatasi masalahnya. Dukungan dari istri bisa secara aktif maupun pasif. Dukungan aktif bisa berupa kata-kata yang menenangkan, memberi semangat yang positif, ikut membuat suasana rumah tangga yang harmonis dan mesra, suasana kamar tidur/ suasana ranjang yang “mengundang”, misalnya dengan menjaga kamar tidur dan ranjang tetap bersih dan wangi. Dukungan pasif bisa berupa tidak marah, tidak cemberut, tidak mengeluarkan kritikan yang melemahkan semangat, tidak menghindari hubungan yang harmonis dan mesra. Istri juga perlu memperhatikan bahasa tubuhnya agar tidak membuat suami ‘melempem’.

Cara mengatasi PE:
Psikoterapi untuk membuat rasa percaya diri
Teknik hubungan seksual yang “baik dan benar”
Mengatasi penyakit yang mendasari, misalnya DM dan hipertensi harus terkontrol
Obat-obatan: antidepresan, vasodilator

Goal/ sasaran dalam mengatasi PE: ada tahapan-tahapannya:
-Menahan ejakulasi sampai penetrasi penis
-Menahan ejakulasi sampai istri sudah ‘memanas’ (grafik kenikmatan istri sudah naik)
-Menahan ejakulasi sampai istri sudah ‘dekat puncak’
-Menahan ejakulasi sampai istri mengalami orgasme

Tujuan akhir dari penanganan PE: (Bisa salah satu)
1. suami bisa menahan ejakulasi cukup lama sehingga istri bisa mencapai orgasme pada minimal 50% dari jumlah hubungan seksual (misal, dalam 10 kali hubungan seksual, paling tidak 5 kali orgasme).
2. suami bisa menahan ejakulasi sampai batas waktu tertentu (2 menit) atau jumlah dorongan/ ‘genjotan’ tertentu (time limit atau number of thrust limit)

Dalam mengatasi PE, ada indikator/ alat ukurnya, yaitu dengan
-IELT (intravaginal ejaculatory latency time)
-Kuesioner Indeks PE (7 pertanyaan yang harus dijawab pasien)

Wang dkk dalam penelitiannya mengemukakan beberapa aspek untuk mengevaluasi PE
-IELT
-kemampuan mengontrol ejakulasi
-tingkat kepuasan seksual suami
-tingkat kepuasan seksual istri
-frekuensi orgasme dari istri
-faktor psikologis, seperti: kecemasan, depresi, intimasi dari suami istri, kepercayaan diri (self-confidence)
-faktor patologis, seperti: glans hipersensitivity, penile reflex hiperactivity, dan kadar testosteron yang rendah.

Akhir kata, PE dapat diatasi sehingga tidak menimbulkan gangguan dalam hubungan suami istri.