Hormon Testosteron bikin panjang umur?

Nih coba baca sendiri ya.. sekali-sekali bahasa Inggris dong, jangan sampe lupa:

Low Testosterone Levels Increase Mortality Risk in Men

Bryan DeBusk, PhD

June 18, 2008 (San Francisco) — A population-based cohort study has demonstrated a link between low levels of testosterone and increased risk for mortality from all causes in adult men of all ages.
Robin Haring, a doctoral candidate with the Institute for Community Medicine and the Department of Internal Medicine at Ernst-Moritz-Arndt University in Greifswald, Germany, presented the results here at the ENDO 2008, the Endocrine Society 90th Annual Meeting.

“When we compared survival times of men with low testosterone levels to men with higher testosterone levels, we found that men with low testosterone had significantly lower survival,” Mr. Haring told Medscape Diabetes & Endocrinology. “From our analysis, we concluded that men with testosterone levels lower than 8.7 nmol/L had a 2-fold increased risk of death.”

Mr. Haring and colleagues at the university recruited 1954 men aged 20 to 89 years through the Study of Health in Pomerania initiative and followed the participants for an average of 7.2 years through August 2007. Participants were classified as having low (<8.7 nmol/L) or high (??8.7 nmol/L) testosterone levels, and the researchers compared all-cause and cause-specific mortality between the 2 groups.

During the follow-up period, 226 deaths occurred in the study population. After adjusting for age and other risk factors, the researchers determined that participants with low testosterone had a significantly higher risk for all-cause mortality than their normal-testosterone counterparts (hazard ratio, 2.6; 95% confidence interval, 1.6 ?C 4.1; P < .001).

In a more specific analysis of causes of mortality, the researchers found that men with low testosterone levels were at increased risk for death from cancer and cardiovascular disease but not respiratory disease. The men in the low testosterone group tended to be older and had higher prevalence of diabetes, hypertension, and metabolic syndrome, and Mr. Haring acknowledged the challenge in determining whether low testosterone was a cause or effect of the cardiovascular risk factors.

Hugh Jones, MD, lead investigator of a study presented in a related session and a consultant physician and endocrinologist in the Barnsley Hospital Center for Diabetes & Endocrinology at the University of Sheffield, United Kingdom, said that the study by Mr. Haring and colleagues underscores the importance of treating men with low testosterone levels even in the absence of symptoms.

“A large proportion of younger men with obesity and low testosterone don’t have symptoms,” Dr. Jones explained. “What we’re doing now is treating classical hypogonadism by definition according to the published international guidelines.”

Mr. Haring and Dr. Jones have disclosed no relevant financial relationships.

ENDO 2008: The Endocrine Society 90th Annual Meeting: Abstract OR35-1. Presented June 17, 2008.

Disfungsi Ereksi: makin lama pasiennya makin muda ya?

rehab seks seksual rehabilitasi disfungsi ereksi impotensi andi sugiartoTahun 90an sejak saya praktek seksologi, pasien disfungsi ereksi yang datang biasanya usia 50 an tahun. Begitu saja pun mereka/ pasien itu merasa bahwa sebetulnya mereka masih muda dan sebetulnya belum perlu menderita penyakit ini. Tapi kemudian tahun 99an akhir saya berpraktek, yang datang itu lebih muda lagi, usianya rata-rata 40an tahun. Wah, saya pikir ini bencana deh.. mosok yang disfungsi ereksi itu tambah lama tambah muda.

Tapi, jangan tanya: sekarang ini yang datang ke saya, mulai usia 30an tahun sudah banyak yang terkena disfungsi ereksi dan juga ejakulasi dini. Well, well, well, gimana ini? Apakah saya harus baca kitab primbon atau karya pujangga lama, atau ramalan …. siapa tuh, Negara kertagama, atau, Ronggowarsito, atau siapa ya pujangga yang suka ngeramal tuh, (dulu yang yang ngeramal No-To- ne-go-ro)… whatever deh.

Berarti saya harus benar-benar deh mereview kembali tulisan-tulisan saya tentang penyebab disfungsi ereksi, dan juga tentang ejakulasi dini.

Pertanyaannya: berarti apa penyebab utama dari pasien muda (30an tahun) ini sehingga mengalami disfungsi ereksi?

OK, OK, saya akan buka buku lagi, kurangi tidur siang saya dan menulis dari awal lagi tentang etiologi dan patofisiologi disfungsi ereksi.

Besok kalo sudah selesai, akan kutambahkan di sini ya…

@@posted by Dr Andi Sugiarto, SpRM for Rehab Your Sex Life!

Sibuk, sibuk, sibuk? For sex: sibuk juga?

www.dokterandi.com andi sugiarto semarang indonesia dokter seks seksual rehab rehabilitasi medik

Banyak yang tanya dan comment kenapa saya sudah lama ngga update blognya, jawabannya bisa saja klise: Sibuk, sibuk, sibuk..! Tapi sebetulnya sibuk itu sangat relatif. Sebetulnya saya sangat tidak suka jawaban “sibuk”. Kalau memang senang dan dirasa perlu, tidak ada kamusnya utk sibuk dalam ngeblog.

Begitu juga dalam urusan seksual pasutri, sesibuk apapun, selalu ada waktu dan tempat untuk kehangatan dan seks. Untuk pasangan yang sibuk banget, mungkin perlu dipertimbangkan hal2 berikut ini:

1. Seks tidak selalu harus spontanitas, boleh juga dijadwal

Jadi bukan cuma pertandingan bola aja yang dijadwal, tapi pertempuran anda bersama pasangan pun kadang perlu dijadwal, paling tidak janjian sama pasangan. Orang yang sibuk memang harus pinter-pinter mengatur waktunya, jadi jangan sampai nunggu-nunggu seks menjadi spontan. Tapi setelah ditunggu, kok spontanitas itu enggak dateng2.. Kalau sudah begitu, lebih baik janjian saja, misalnya, “Ma, besok malam kita ML yuk.. soalnya kalo engga dijadwal, nanti kita kebablasen tidur… terus”.

Kadang pasangan kita merasa “aneh” pada saat kita menjadwalkan hubungan seks kita. Tapi bila kita sudah menjelaskannya, pasti deh pasangan pun bisa mengerti itu. dan malahan dia akan bersiap-siap dan menyambutnya dengan gembira. Coba, bayangkan aja, anggap saja anda pacaran dan janjian untuk ketemu dan ngapelin dia. Pasti dia harap-harap cemas dan get ready to it.

2. Persiapan sebelumnya

Persiapan itu bisa berupa mental dan spiritual, dan juga persiapan fisik. Badan kita pun akan berusaha melayani “tuannya” dengan baik, dengan cara mempersiapkan stamina dan menjaga agar tidak terlalu capek kerja pada siang harinya. Pulang kerja, mandi bersama dan membersihkan badan dengan seksama (caile… kayak kata-kata di pembukaan UUD 45 aja). Ancur deh.. hehe. Kalau biasanya mandi asal pake sabun aja, kali ini kita mandi sebersih dan sewangi mungkin ya. Supaya pasangan kita bisa mencium wangi badan kita di manapun dia berada. Maksudnya dicium di bagian manapun, tetap wangi, menggairahkan dan merangsang, tentunya.

3. Pilih pakaian yang sidia sukai

Ada yang senang pasangannya pakai lingerie (baju seksi), ada yang senang disuruh pakai baju model resmi mau kekantor, ada juga yang senang pake handuk dililit seperti baru keluar kamar mandi. Semuanya sah-sah saja, dan tidak ada yang ngatur harus pakai apa. Yang penting sesuai dengan ‘permintaan pelanggan’.

4. Manjakan indra pencium anda, hidung!! Memang cium itu pake mulut (kiss) tapi ini maksudnya membau (smell) gitju.. Pakailah parfum andalan anda dan semprotkan di bagian yang ‘strategis’. Misalnya leher, belahan dada, bawah pusar dan dimana pun anda suka. Yang penting pasangan cocok dengan baunya. Malah, ada pasutri yang selalu ‘langganan’ memakai parfum tertentu untuk bercinta. Jadi bila salah satu sudah pakai parfum itu, maka yang satunya sudah mendapat firasat untuk diajak bercinta. Wah, jadi salah satu kode, dong.. ya iya lah, masa ya iya dong..!!

5. Tambahkan sedikit flavour/ rasa pada tubuh anda… maksudnya.. boleh dong melumurkan sedikit aroma es krim vanilla atau choco chip pada tubuh anda, jadi kalau dijilat rasanya manis…. So, bukan cuma bohongan atau gombal mukiyo saja kalau pasangan anda menyebut anda ‘manis’, tapi secara harafiah pun anda benar-benar manis dan enak dijilat…

Well, sedikit tips semoga bisa membantu menggairahkan dan memanaskan anda dalam bercinta. Bukan cuma Euro 2008 aja yang ditongkrongin ya kan.