Wanita juga perlu hormon Testosteron?

Testosteron adalah kunci kejantanan pria. Kebanyakan sifat dan ciri-ciri laki-laki, termasuk produksi sperma, disebabkan oleh hormon ini.

Di awal pembentukan janin, hormon ini bertanggungjawab untuk merubah prototipe wanita ke lelaki. Kita semua pada awalnya adalah perempuan. Tapi dalam perkembangannya, hormon ini masuk ke kromosom Y dan membuat kita setengah laki-laki. Ia terus berkembang di sana.
Pada masa anak-anak hormon ini diproduksi oleh kelenjar suprarenal yang terletak di bagian bawah ginjal. Dan di masa pubertas, di mana organ reproduksi mulai berkembang, testosteron diproduksi oleh gonad atau testis. Di masa ini testosteron membuat transformasi kedua bagi fisik yang ditempatinya: memunculkan bulu di wajah dan tubuh, pertumbuhan otot, libido, suara berat, dan produksi sperma.
“Pada anak (sebelum pubertas), kadar testosteron sekitar 0,3 – 1,2 ng/mg. Di masa dewasa, hormon ini bertambah menjadi 3,5 – 8,5 ng/mg,” jelas androlog dari UI, Dr Indra Gusti Mansur.
Pada pria, testosteron hampir seluruhnya diproduksi dalam testis. Namun begitu, tubuh wanita juga memproduksi testosteron. Jumlahnya kira-kira seperduapuluh dari jumlah testosteron pada pria. Setengahnya diproduksi dalam indung telur, dan separonya lagi diproduksi kelenjar adrenal. Namun sebetulnya, menurut Dr Indra, belum ada statistik yang menunjukkan angka tertentu. Pada wanita, testosteron adalah pendorong munculnya gairah seksual, tenaga, dan sifat ketegasan.

Pasang Surut Testosteron
Dalam tubuh dibedakan 2 macam testosteron, yaitu testoteron bebas dan testosteron terikat. Sekitar 95 persen testosteron di dalam tubuh terikat oleh SHBG (Sex Hormone Bonding Globulin) dan menjadi tak berfungsi. Inilah yang dinamakan testosteron terikat. Sisanya, 5 persen, bebas. “Yang bebas inilah yang dianggap fungsional. Dan inilah yang membuat laki-laki menjadi ‘laki-laki’. Berotot, berbulu, dan perkasa,” kata Dr Indra.
Testosteron mengalir pasang surut dalam tubuh pria. Ia mengalir setiap 15-20 menit, dan biasanya mencapai puncak pasang sekitar pukul 7-8 pagi. Pada pria, penurunan kadar testosteron secara bertahap sejalan dengan bertambahnya usia. Penurunan kadar testosteron ini akan menghambat spermatogenesis (proses pembentukan spermatozoa) atau yang lebih ringan akan menyebabkan gangguan pada kualitas spermatozoa.

Kadar hormon ini akan mengalami penurunan sekitar 1% setiap tahun pada pria di usia menjelang 40. Kemudian turun 30-40% pada usia 50-an. Dan setelah itu keadaan akan semakin parah dengan mundurnya fungsi pada otot, tulang, dan oh! libido. Fase inilah yang kita kenal dengan andropause. “Namun tidak selalu andropause disebabkan oleh kekurangan androgen/testosteron. Andropause lebih ditekankan karena munculnya keluhan-keluhan mundurnya fungsi-fungsi organ tubuh pada pria usia lanjut,” jelas Dr Indra.
Berbeda dengan pria yang menurun secara bertahap, pada wanita, testosteron menurun tajam saat menopause. Karena itulah pengaruhnya pada kelelahan dan penurunan gairah seksual lebih terasa pada wanita dibandingkan pada pria.
Penurunan kadar testosteron juga bisa terjadi pada masa anak-anak. Kalau ini terjadi, maka akan menyebabkan adanya gangguan perkembangan organ reproduksinya. Akibatnya, ukuran testis dan bahkan penisnya mengecil.
Turunnya kadar testosteron dalam darah inilah yang kemudian memunculkan berbagai macam produk hormon testosteron. Selain obat oral, ada yang berwujud gel, dan ada pula yang berbentuk plester. Sayangnya ini banyak disalahgunakan. Begitu orang merasa tidak lagi bergairah, ia merasa bahwa kadar testosteronnya menurun. Karenanya ia langsung memakai produk tersebut untuk menambah kadar testosteron di dalam tubuhnya. Padahal, menurut Dr Indra, pemberian testosteron tidak ada dasarnya kecuali setelah melalui pemeriksaan kadar hormon tersebut di dalam darah.
Apalagi, belum ada penelitian bahwa testosteron dalam bentuk gel dan plester dijamin manfaatnya akan lebih baik dibanding obat oral. Malah, pemberian testosteron dalam jangka panjang tanpa kontrol oleh dokter dapat merugikan kelenjar prostat dan hiperplasi. Bahkan ada yang melaporkan dapat menyebabkan kanker prostat.
Tak ada salahnya kita mengintip bagaimana suplemen testosteron berbentuk gel dan plester itu bekerja. Gel diusapkan pada kulit (di perut atau bahu, bukan di kemaluan) dan hormon akan meresap ke dalam tubuh. Gel tersebut akan mengering beberapa menit, sementara hormonnya akan meresap ke dalam pembuluh darah 5-6 jam setelah dioleskan. Jadi, tentu saja selama 6 jam itu kulit yang diolesi tidak boleh terkena air, karena khasiatnya akan hilang.
Yang harus diwaspadai adalah kalau gel ini mengenai kulit wanita hamil. Karena hormon testosteron diketahui bisa membahayakan janin di dalam kandungan. Jadi sebaiknya, Anda segera membasuh tangan begitu selesai mengoleskan gel tersebut.

Pulihkan Gairah Seks Wanita
Sementara itu, cara kerja plester testosteron juga tak jauh beda dengan gel. Tinggal ditempel pada kulit dan hormon akan meresap ke dalam tubuh. Sebuah studi yang dilakukan General Hospital Massachusetts seperti yang ditulis New England Journal of Medicine, menemukan bahwa pemakaian plester testosteron ini juga membantu mengatasi gangguan fungsi seksual wanita akibat operasi indung telur.
Seperti kita tahu, operasi pengangkatan indung telur pada wanita menyebabkan menopause dengan hilangnya hormon testosteron dan estrogen. Biasanya, untuk memulihkannya diberikan terapi estrogen. Cuma, terapi ini hanya bisa memulihkan gejala menopause seperti vagina kering dan osteoporosis, sementara gairah seks, kesenangan, dan aktivitas tidak kembali pulih. Nah, plester testosteron itu ternyata bisa membantu mereka mendapatkan kembali semua gairah tersebut.
Namun Dr Indra tetap mengingatkan bahwa pemakaian suplemen testosteron tanpa kontrol oleh dokter ahlinya tidak akan membuahkan hasil dan malah akan memunculkan efek negatif. “Jadi, lebih baik jangan gegabah memilih suplemen-suplemen itu untuk menambah kadar testosteron di dalam tubuh kita. Konsultasi dulu ke ahlinya,” saran dia. (Wahyu Hidayat)

Pria dan Testosteron
Para ilmuwan menyebut bahwa testosteron adalah hormon yang mempunyai kekuatan luar biasa dalam mempengaruhi otot dan juga otak. Inilah beberapa hasil penelitian tentang pria dan testosteron:

  1. NewYork Magazine, dalam artikel berjudul “The He Hormone” menyebut bahwa bila ada dua pria bersama dalam satu ruangan, pria dengan kadar testosteron lebih tinggi akan cenderung mendominasi pembicaraan.
  2. Pembunuh dan perampok bersenjata memiliki kadar testosteron lebih tinggi dibanding pencuri biasa. Namun demikian, belum ada penelitian yang menunjukkan hubungan antara kadar testosteron dengan tingkat kriminalitas.
  3. Dr Alan Booth, profesor sosiologi dan perkembangan manusia dari Penn State University meneliti efek testosteron pada pemain tenis pria. Hasilnya, hormon itu kadarnya meningkat pesat sesaat sebelum mereka berkompetisi. Setelah kompetisi berakhir kadarnya akan terus naik, membuat seorang pemenang merasa tak terkalahkan dan memicu hasratnya untuk berkompetisi kembali.
  4. Dr Paul Bernhardt di University of Utah mencoba mempelajari kadar testosteron pada pria yang sedang menonton pertandingan sepakbola atau bola basket. Penggemar bola basket yang menyaksikan timnya memenangkan pertandingan meningkat kadar testosteron sebanyak 20% dan pada penggemar yang timnya kalah menurun sebanyak 20% pula.
Sumber: Klinikpria. com

35 Replies to “Wanita juga perlu hormon Testosteron?”

  1. @nisa: ini karena perkembangan jaman moderen, semakin banyak hormon yang ditawarkan. tapi seringkali tidak dipakai dengan semestinya, jadi merupakan drug abuse untuk membesarkan otot dan menambah performa dalam olah raga. sebaiknya dilakukan oleh dokter yang berpengalaman.

  2. dok mw nanya nih, mengapa klo atlit wanita sekarang lebih banyak menggunakan suplemen yang mengandung hormon testiteron ??

  3. dok,saya di jkt,,,dimana saya bisa cek atau konsultasi theraphy tertosteron di jkt,,,krn sptnya saya mengidap kekurangan hormon testosteron,,mohon di jawab

  4. Utk wanita usia di atas 50-an yg sdh menopause, apakah therapy testosteron ada manfaatnya ? apa aja ? dan selain therapy testosteron buatan pabrik obat, apakah ada herbal yg mendongkrak kadar hormon testosteron ?

  5. mau tanya serius pak..
    apakah semua rumah sakit mempunyai fasilitas terapi hormon? kira-kira ada resiko/efek sampingnya g?
    terima kasih infonya..

  6. @kemix @mastal: makasih, salam kenal juga
    @adinata: salam kenal, makasih.
    @setiaji: bersukurlah dapet cewe agresif, jadi ga usah repot mulai duluan.

  7. dok saya ada masalah dengan hormon testosteron saya..saya resakan dengan buah dada yg kecil juga klitoris yg membesar (seperti ujung jempol manusia)dan setelah di cek lab ternyata testosteron saya sekitar 5,1mg sdgkan wanita normalnya 1,2-1,8mg..walaupun begitu saya tidak punya kelenjar testis dan memiliki ovarium yang aktif sehingga saya bisa haidh walau tdk normal terutama apabila berat badan bertambah..bagaimana ya dok?

  8. Bravo mr. Dokter
    Info yg sangat berguna. Sayang saya gak bisa dapat chanel semarang tv. Jadi gak bs melihat anda. Tp informasi ini sangat bermanfaat..

  9. @lelouch: tidak memicu myoma, louch.
    (ya.. ngeplurk juga louch.. baik semuanya, makasih.. salam buat anak2 cah andong ya..)

  10. @marsudiyanto: kalau saya jenuh, liat blog pak mar, jadi bisa senyum2 dhewe.. hehe
    @abdee: tidak berefek pak, plesternya harus di daerah yang banyak lemak. kecuali kalo ‘anunya’ banyak lemak…
    @myra: terapi hormon baru kelihatan hasilnya dalam jangka panjang, tidak bisa ditunggu secara instant. juga sangat mahal, pemeriksaannya butuh biaya banyak. makasih bu sudah mampir keblog saya.

  11. Waaah…. jadi pengen banyak tanya2 nih Dok, krn bgt banyak kontroversi ttg therapy hormon, bahkan di antara kalangan medis sendiri masih bgt mencolok perbedaan pendapatnya, tp yg saya yakin , selama kita bnr2 mengetahui mekanisme dr hormon2 tersebut, therapy hormon yang tepat seharusnya baik untuk mengatasi berbagai macam keluhan yg berkaitan dg fungsi hormonal kita, sehingga kualitas hidup kita semakin meningkat walaupun proses Aging berjalan terus, tentunya spt yg Dokter bilang , hrs dg pengawasan dan kontrol dg Dokter ahlinya seperti Dr Andi nih!
    Sukses ya Dr Andi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *